MEMBELI CANGKUL UNTUK SAWAH KERING

Laporan Yusron Masduki & Imron supriyadi


Irian Nasri, Pimp.Utama AMIK Bina Sriwijaya Palembang

Modernisasi teknologi informasi yang ditingkahi oleh industrialisasi di satu pihak mnjadi bagian fenomena kemajuan zaman. Tetapi di pihak lain, kondisi ini makin mempertajam persaingan hidup, bukan pada kompetisi dalam dunia kerja semata tetapi juga dalam mencari kebutuhan hidup itu sendiri. Tidak ada jalan lain, dalam menghadapi perkembangan dunia teknologi dan persaingan di bursa kerja diperlukan keterampilan khusus yang kelak akan diserap oleh instansi negeri dan swasta. Demikian secuil kutipan dari obrolan kecil dengan Direktur AMIK Bina Sriwjaya Palembang, Irian Nasri, MS.,SE di ruang kerjanya pekan lalu.
Pernyataan Rian, panggilan akrab orang nomor satu di AMIK Bina Sriwjaya Palembang terkait erat dengan gagasan Menteri Pendidikan Nasional, (Mendiknas) Kabinet Indonesia Bersatu, Bambang Sudibyo tentang pentingnya peningkatan jumlah persentase SMK 70% dan SMA 30%. Rian menilai, ada perbedaan sangat tampak antara SMK dan SMA. Bagi SMA memang dipersiapkan untuk melanjutkan kuliah. Sementara di SMK dipersiapkan untuk bekerja. “Kalau tamat SMA kemudian tidak melanjutkan kuliah, mereka akan sulit masuk di dunia kerja. Sebab, di bangku SMA memang tidak seperti di SMK, yang lebih banyak membekali siswanya dengan keahlian (skill) tertentu. Sementara di SMA memang dipersiapkan untuk melanjutkan kuliah,” tukas Rian lagi.
Dengan kenyataan inilah, menurut Rian, melalui program yang digagas Mendiknas ini minimal dapat memberi dorongan kepada siswa sekolah untuk membekali diri dengan keterampilan, baik alumnus SMA atau SMK itu sendiri. “Sekarang sudah banyak lembaga diploma atau lembaga pendidikan kursus yang bisa membantu dalam penguasaan skill. Bina Sriwijaya salah satunya di Palembang. Ini sengaja dibuka untuk mengiringi persaingan global tadi, sehingga gagasan Mendiknas dan upaya mengurangi jumlah pengangguran ini bisa terwujud seiring dan sejalan,” tegasnya.
Senada dengan itu, Drs.H.A.Fathoni Husin Umrie, Kepala Seksi Kursus dan Kelembagaan Pendidikan Luas Sekolah (PLS) Disdikpora Palembang menyatakan, pola SMK 70% dan SMA 30% harus didukung adanya perubahan dari muatan kurikulum. Artinya, menurut Fathoni karena ini menyangkut pemenuhan kebutuhan keterampilan siswa, khususnya di SMK, maka muatan kurikulum yang mengarah pada kompetensi keilmuan keterampilan siswa menjadi penting. Sejak awal, lanjut Fathoni siswa di SMK sudah diberi materi dan kurikulm yang lebih fokus pada keilmuan di masing-msing bidang. ”Sehingga disaat mereka keluar dari sekolah, mereka sudah siap bekerja, bahkan siap untuk membuka lapangan pekerjaan,” tegas Fathoni ketika dibincangi PRESTASI gemilang, pekan lalu.



Sutikno Jayanegara, Pimp.Cabang Master Komputer Palembang
Tuntutan alumnus setingkat SLTA yang tidak melanjutkan kuliah kian hari memang makin dihimpit oleh berbagai tantangan. Masalahnya kemudian adalah tinggal bagaimana membekali diri dengan segudang keterampilan guna menyongsong persaingan di dunia kerja. Menghadapi kondisi yang dinilai banyak pihak sebagai era yang sempit lapangan kerja, setiap alumnus SMA dan SMK atau siapapun juga memerlukan alat sebagai sarana menghalau bermacam tantangan global.
Pimpinan Cabang Lembaga Pendidikan Profesional Master Komputer Palembang, Sutikno Jayanegara, A.Md menilai tugas dari sekian banyak lembaga kursus profesional setingkat diploma adalah memberi tambahan keterampilan. Masalah apakah mereka kemudian mendapat lapangan pekerjaan atau tidak, bukan wewenang lembaga itu sendiri. “Tetapi kami dan kawan-kawan lain yang mengelola lembaga pendidikan diploma, melakukan upaya untuk mengarahkan mereka untuk bisa mendapat lapangan pekerjaan. Diantaranya dengan memagangkan mereka di instansi, ada lagi onthe job trining dan lain sebagainya. Ini dilakukan supaya mereka bisa berkompetisi ketika menyelesaikan pendidikan,” ujar ayah dari satu anak ini kepada PRESTASI gemilang di ruang kerjanya pekan lalu.
Desakan kebutuhan ekonomi yang di dera oleh makin sempitnya lapangan pekerjaan, meminjam istilah motivator Indonesia Andre Wongso, menjadi situasi yang menuntut setiap orang harus bersedia berlaku keras terhadap diri sendiri. Berlaku keras yang dimaksud adalah memacu diri untuk terus mencoba dan mencoba, sehingga keberhasilan akan makin dekat dengan siapa saja. Seiring dengan itu, menurut Sutikno setiap lembaga pendidikan profesional setingkat diploma yang menitikberatkan pada penguasaan keterampilan tertentu, bukan saja dituntut membekali mahasiswa dengan berbagai skill, tetapi jauh lebih penting dari itu juga mendorong mereka untuk siap membuka lapangan pekerjaan. “Pola pengajaran di setiap lembaga non fomal seperti kami ini, juga dihadapkan tantangan bagaimana para alumnusnya bukan sebatas menciptakan sumber daya manusia yang siap kerja, tetapi mereka juga kami dorong untuk siap membuka lapangan kerja,” tukasnya.
Tuntutan penguasaan keterampilan dan keahlian tetentu menjadi keharusan di tengah ketatnya persaingan bursa kerja di Indonesia. Tetapi menjadi poblematis disaat lembaga non formal seperti lembaga-lembaga kursus membekali keterampilan, sementara peluang kerja kian hari kian sempit. Sama halnya mencari cangkul untuk sawah kering. Yang perlu dipikirkan adalah, bagaimana mengolah sawah kering menjadi lahan produktif, tanpa harus menunggu turunnya hujan, sehingga kepemilikan cangkul tetap dapat berdaya guna untuk membangun bangsa yang mandiri.(*)

Comments :

0 komentar to “MEMBELI CANGKUL UNTUK SAWAH KERING